Manusia dan Keindahan


-->
Keindahan merupakan faktor penarik paling kuat yang memberi aroma pesona khusus dan memikat yang dimiliki manusia. Seseorang yang memiliki keindahan terkadang tidak menyadari akan keindahannya, jika tidak ada cermin untuk melihat dirinya sendiri. Keindahan berdiri di luar badan manusia. Sifatnya “dilihat”, bukan melihat. Manusia yang melihat keindahannya dan menyaksikan pesonanya yang memikat, menjadi cermin penyaksian dirinya sendiri. Sang pemandang seolah-olah tidak melihat sesuatu yang lain kecuali dirinya, tarian keindahannya begitu kuat memikat dan mengikat kesadaran Sang pemandang, menjadi kesadaran tunggal hanya kepada satu Yang Terindah. Dari yang terkecil sehingga yang terbesar, semua keindahannya tidak dapat dihapuskan, bahkan jika nyawa menjadi taruhannya.

Keindahan dalam arti luas menurut para ahli, yaitu :
  • Menurut The Liang Gie keindahan adalah ide kebaikan
  • Menurut Pluto watak yang indah dan hukum yang indah
  • Menurut Aristoteles keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan

Keindahan dalam arti estetik murni
  • Yaitu pengalaman estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
Keindahan dalam arti terbatas
  • Yaitu yang menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa keindahan bentuk dan warna

Keindahan sangat berhubungan erat dengan cinta dan kekuasaan. Jika keindahan tidak memiliki cinta dan kekuasaan,  maka seakan semua tidak berarti baginya, kecuali khayalan kosong yang jauh di alam angan dan mimpi, mengharapkan yang tidak berada di sisinya, memimpikan yang tidak dimiliki oleh apa dan siapa yang mendampinginya. Semua yang dekat menjadi jauh dan tidak berharga di matanya, semua yang jauh semakin menjauh dari kenyataan dan realita kesehariannya.

Romeo dan Yuliet, dengan cinta dan keindahannya, meletakkan keduanya dalam ruang hampa dan berisi mereka berdua saja, seakan dunia tidak ada lain selain mereka berdua, ternyata akhirnya meninggal secara konyol. Dikatakan konyol sebab setelah mereka “sehidup semati”, apakah di alam sana tidak ada kekuasaan yang akan memisahkan mereka berdua lagi? Dan kalaupun untuk sementara waktu, kebersamaan mereka masih bertahan, tidakkah suatu saat akan terpecah juga? Khayalan kita tentang cinta dan keindahan telah menghapus keberadaan kekuasaan dan kekuatan yang ada secara mandiri yang berada pada pribadi selain kita atau mereka berdua.
Kadangkala kita menjadi buta dan gila dengan cinta dan keindahan semu yang kita miliki pada saat sedang jatuh cinta, membuat terlena tidak menyadari, bahwa kita tidak mempunyai kekuasaan untuk mengabadikan cinta yang kita rasakan. Maka setiap hati itu ada penunggunya, dan penunggu itulah yang memilikinya secara mutlak dan abadi semenjak dari zaman azali dan hingga selamanya. Dan Sang Penunggu itu adalah Tuhan di hati setiap manusia, yang menantikan sang bayi dari lahir ke dunia ini, sampai kematiannya. Sang Penunggu itu akan datang saat ajal tiba, membawa semua jiwa ke dalam pelukan Sang Pencinta Sejati, Tuhan.
Jadi, selain kita yang mencintai seseorang, ternyata sudah ada yang paling setia dan paling tulus mencintai orang yang kita cinta, dengan Cinta-Nya yang Hebat sehebat keluasan Surga-Nya. Kita manusa tidak memiliki cinta kecuali hanya bersifat sementara di dunia ini saja. Setelah itu, adalah Sang Pemilik Mutlak yang menentukan apakah kita akan diberi hak untuk memiliki orang yang kita cinta di alam setelah dunia ini, atau tidak, yang artinya hanya akan membawa derita bagi kita. Sadarlah, bahwa pengorbanan dan kesetiaan kita di dunia masih tidak ternilai dibandingkan dengan yang ada pada Sang Pemilik Sejati, Sang Pencinta Sejati. Kita hanya fatamorgana untuk diri kita sendiri. Kekuasaan ternyata lebih hebat dari cinta dan keindahan.
Hakikatnya, Cinta itu sendiri adalah nama lain Kekuasaan. Ketika cinta itu bersemi di hati kita, seakan kita menjadi penguasa apapun, semua akan dihancurkan demi yang dicinta, walaupun sebenarnya itu kekuasaan mimpi.
Cinta dan keindahan itu diciptakan oleh kekuasaan, Pemilik Kekuasaan itu adalah Pemilik Cinta Sejati, Pemilik Keindahan Sejati. Cinta sehebat apapun takkan berarti tanpa kekuasaan, keindahan seindah apapun tidak berarti tanpa memilik kekuasaan. Cinta dan keindahan yang lahir tanpa kekuasaan, akan menjadi fana, mudah goyah dan akan terhapus pada saatnya nanti, apakah terpisah sebelum maut menjemputnya atau setelah ajal tiba. Dan kekuasaan yang sebenarnya, Kekuasaan Sejati dalah kekuasaan Ruh.
Keindahan juga identik dengan kebenaran, keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah yang tidak mengandung kebenaran tidak indah.
Ada dua nilai terpenting dalam keindahan
  • Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
  • Nilai intrinsik adalah sifat baik yang terkandung di dalam atau apa yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut, contohnya pesan yang akan disampaikan dalam suatu tarian.

Teori estetika keindahan adalah Jean M. Filo dalam bukunya “Current Concepts of Art” dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu :
  • Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu subjektif adanya yakni karena manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah dalam pikirannya sendiri. Barangkali pernah juga kita dengar pepatah “Des Gustibus Non Est Disputandum” selera keindahan tak bisa diperdebatkan.
  • Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan objektif adanya, yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek, artinya seekor kupu-kupu memang lebih indah dari pada seekor lalat hijau.
  • Kelompok yang berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara yang subjektif dan yang objektif, artinya kualitas keindahan itu baru ada apabila terjadi pertemuan antara subjek manusia dan objek substansi.
Ada tiga hal yang nyata ketika seseorang menyatakan bahwa sesuatu itu indah, apabila ada keutuhan (Integrity) ada keselarasan (Harmony) serta kejelasan (Clearity) pada objek tersebut. Ini biasanya disebut sebagai hukum keindahan.
H. C Wyatt meneliti alasan-alasan yang biasa diberikan orang apabila mereka mengatakan sesuatu itu indah, dan ia menemukan bahwa banyak sekali orang menganggap sesuatu itu indah karena menyebabkan ia bersosialisasi pada suatu yang pernah mengharukannya dahulu, harapan-harapannya dan seterusnya. Ia menganggap alasan-alasan ini sebagai alasan-alasan non estetik.

disunting dari : 
  • http://yourdreamisyourworld.blogspot.com/2011/03/manusia-dan-keindahan.html
  • http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/10/cinta-keindahan-dan-kekuasaan/

0 comments:

Post a Comment