Manusia dan Harapan


Harapan atau asa adalah bentuk dasar dari kepercayaan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada umumnya harapan berbentuk abstrak, tidak tampak, namun diyakini bahkan terkadang, dibatin dan dijadikan sugesti agar terwujud. Namun ada kalanya harapan tertumpu pada seseorang atau sesuatu. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha.
Beberapa pendapat menyatakan bahwa esensi harapan berbeda dengan "berpikir positif" yang merupakan salah satu cara proses sistematis dalam psikologi untuk menangkal "pikiran negatif" atau "berpikir pesimis".


Hubungan Manusia dan Harapan

Setiap manusia memiliki harapan yang berbeda untuk kehidupannya, dengan harapan manusia akan berjuang dan bertahan untuk mengejar hal yang ingin di raihnya.Melalui harapan manusia dapat mengembangkan potensinya untuk menjadi mahluk yang berguna dan senantiasa menjadi yang terbaik untuk orang yang ada di sekelilingnya.
Harapan dapat menjadi sebuah gambaran seberapa besar [eluang yang ada untuk meraih sesuatu. Tetapi dalam membuat harapan harus sesuai dengan keadaan saat ini dan yang akan datang, di takutkan sebuah yang tak pantas akan membuat sebuah pengharapan yang sia-sia dan membuang banyak energi dan pikiran. Oleh karena itu sebuah harapan yang baik adalah sesuatu yang ada pada diri kita sendiri.

"Harapan adalah bahan bakar untuk semangat hidup". Namun terkadang kita suatu saat merasa kehilangan sebuah harapan, karena tekanan hidup yang begitu tinggi. Jalan untuk mencapai harapan itu begitu sulitnya, sehingga seakan tak mampu lagi untuk melanjutkan langkah.

Berbagai masalah seperti tak ada habisnya, rintangan selalu mengganjal di setiap jalan yang kita lewati, sementara perjalanan masih begitu jauh untuk kita tempuh. Dalam kondisi seperti itu, tak sedikit dari kita yang kemudian menyerah, tak berani lagi berharap dan pasrah dengan mengatakan,
"Biarlah hidup ini mengalir seperti air sungai."
Harapan atau Asa adalah bentuk dasar dari keyakinan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan bebuah menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Harapan itu tak berwujud atau abstrak, yang hanya terdapat dalam pikiran kita masing-masing. Namun meskipun abstrak, harapan itu merupakan bahan bakar untuk semangat hidup kita. Orang yang putus harapan, maka semangatnya pun akan mengendur dan tentunya hal itu akan berpengaruh dalam aktivitas apapun yang dia kerjakan.

Seorang karyawan yang kehilangan harapan untuk mendapatkan posisi atau karir yang lebh baik di tempatnya bekerja, maka semangat kerjanya akan biasa-biasa saja bahkan makin lama makin menurun. Setiap hari seakan malas untuk berangkat bekerja, kalaupun datang ke kantor hanya sekedar absen untuk mengerjakan kegiatan rutin dan berharap waktu cepat berlalu agar dia bisa segera pulang. Bandingkan dengan mereka yang punya harapan akan mendapat karir yang lebih baik. Semangat kerjanya akan lebih tinggi dan setiap tugas akan dikerjakan dengan baik untuk menunjukkan prestasi terhadap perusahaan tempatnya bekerja.

Begitupun pada orang yang sedang sakit keras. Ketika dia sudah putus harapan bahwa penyakitnya bisa sembuh, maka semangatnya juga akan menurun drastis. Sehari-hari akan tampak murung dan menangisi penyakit yang menimpanya. Obat yang diberikan dan dokter yang menangani sudah dianggap tak akan mampu untuk membuat dia pulih. Orang seperti inilah yang menurut ahli kesehatan paling sulit untuk disembuhkan. Berbeda sekali dengan mereka yang punya harapan untuk sembuh. Meskipun kondisi sakit, mereka akan selalu terlihat gembira. Segala pengobatan akan mereka coba demi untuk memberikan kondisi kesehatan yang lebih baik.

Memang dalam hidup ini tak akan lepas dari masalah dan ujian. Tak selamanya setiap harapan kita akan bisa terwujud, karena harapan adalah ikhtiar manusia yang dibarengi dengan usaha dan doa. Dibalik itu semua ada Sang Pencipta kita yang mengatur roda kehidupan ini. Tuhan tak akan mesti mengabulkan apa yang menjadi harapan kita, tapi setidaknya Dia selalu memberi apa yang kita butuhkan. Air yang kita minum, makanan yang kita makan, rezeki yang kita terima dan kesempatan hidup sampai dengan saat ini, merupakan sebuah karunia yang patut kita syukuri. Ketika harapan kita tidak terwujud, bukan berarti bahwa Tuhan tidak sayang atau pilih kasih dengan kita. Tapi itu semuanya Tuhan lakukan untuk mendidik kita agar menjadi hamba yang lebih baik.

disunting dan dikutip dari 
  • http://arie5758.blogspot.com/2012/01/harapan-adalah-bahan-bakar-untuk.html#axzz1wKlKCfvA
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Harapan
  • http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/08/02/harapan-adalah/
  • http://fathoriknazam.blogspot.com/2011/05/manusia-dam-harapan.html
Read More

Manusia dan Kegelisahan


Kegelisahan adalah keadaan psikologis dan fisiologis dicirikan oleh komponen somatik, emosional, kognitif, dan perilaku.
Kegelisahan atau kecemasan merupakan karakteristik biologis dari manusia, yang mendahului saat-saat bahaya nyata atau bayangan, ditandai dengan sensasi tubuh tidak menyenangkan, seperti perasaan yang kosong di perut, jantung berdetak cepat, rasa takut, sesak di dada, berkeringat dll .

Kecemasan ('kesusahan, kesedihan Latinnya anxietas) merupakan respons emosional atau seperangkat jawaban meliputi: aspek kognitif karakter subjektif atau tidak menyenangkan, aspek fisik atau fisiologis.

Kecemasan / kegelisahan adalah suatu fungsi yang sangat penting berkaitan dengan kelangsungan hidup, bersama dengan rasa takut, sedih marah, atau kebahagiaan. Saat ini sebuah% 20,5 perkiraan atau lebih dari populasi dunia menderita gangguan kecemasan, biasanya tanpa disadari.

Kegelisahan (juga disebut kecemasan atau khawatir) adalah keadaan psikologis dan fisiologis ditandai dengan somatik, emosional, komponen kognitif, dan perilaku. Kegelisahan Ini merupakan perasaan tidak menyenangkan dari ketakutan dan kekhawatiran. Makna akar dari kegelisahan ini menacu kepada Kata 'untuk menyakitkan hati atau kesulitan'; baik ada atau tidak adanya stres psikologis, kecemasan bisa membuat perasaan takut, khawatir, gelisah, dan ketakutan kecemasan dianggap sebagai reaksi normal terhadap stressor.. Ini dapat membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut dengan mendorong mereka untuk mengatasinya. Ketika kecemasan menjadi berlebihan, mungkin termasuk dalam klasifikasi gangguan kecemasan.

Kegelisahan adalah suasana hati yang umum yang dapat terjadi tanpa stimulus memicu diidentifikasi. Karena itu, dibedakan dari rasa takut, yang merupakan respon kognitif dan emosional sesuai dengan ancaman yang dirasakan. Selain itu, ketakutan berhubungan dengan perilaku tertentu untuk melarikan diri dan menghindari, sedangkan kecemasan terkait dengan situasi dianggap tak terkendali atau tidak dapat dihindari. Pandangan lain mendefinisikan kecemasan sebagai "keadaan suasana hati yang berorientasi masa depan di mana yang siap atau siap untuk mencoba. untuk mengatasi kejadian negatif yang akan datang, " menunjukkan bahwa itu adalah perbedaan antara bahaya masa depan dan sekarang yang membagi kecemasan dan ketakutan.

Penyebab Kegelisahan
Apabila di kaji, sebab sebab orang gelisah adalah karena mereka takut kehilangan berbagai macam haknya seperti hak untuk hidup, hak milik, hak memperoleh perlindungan dan lain-lain.


contohnya:
beberapa waktu belakangan ini kita sering mendengar isu bahwa jakarta akan diguncang gempa dengan daya rusak yang setara dengan bom hiroshima pada waktu tertentu. ketika mereka mendengar berita tersebut, mereka langsung panik dan melakukan persiapan untuk mengamankan barang-barang miliknya atau membuat tenda di depan rumah dan menjudge bahwa berita tersebut benar adanya. padahal kalau kita telaah secara mendalam, tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui kapan dan dimana gempa itu akan terjadi. hal tersebut dapat terjadi karena mereka takut kehilangan beberapa haknya seperti hak untuk hidup, ak untuk mendapat perlindungan, dan lain lain


Cara Mengatasi Kegelisahan
mengatasi kegelisahan ini peratam-tama harus mulai dari diri kita sendiri terlebih dahulu, yaitu kita harus bersikap tenang. dengan sikap tenang kita dapat berpikir tenang, sehingga kesulitan dapat kita atasi. sedangkan cara yang paling ampuh untuk mengatasi kegelisahan adalah dengan berserah diri kepada tuhan.


Keterasingan
keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata itu dalah dari kata dasar terasing. kata asing berarti sendiri, tidak dikenal orang, sehingga kata terasing berarti, tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain atau terpencil. jadi kata keterasingan berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pergaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain. penyebab orang berada dalam posisi terasingkan adalah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat atau kekurangan yang ada pada diri seseorang , sehingga ia dapat atau sulit menyesuaikan diridalam masyarakat.

disunting dari
  • http://bayu106.wordpress.com/2011/01/03/hubungan-manusia-dan-rasa-gelisah/
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Kegelisahan
  • http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2291429-pengertian-kegelisahan-kecemasan/
Read More

Manusia dan Tanggung Jawab


Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia. Selaras dengan fitrah. Tapi bisa juga tergeser oleh faktor eksternal. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekwensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda.
Tanggung jawab merupakan suatu kesadaran manusia akan perilakunya yang disengaja ataupun tidak  disengaja. Tanggung jawab bisa juga di katakan sebagai kewajiban setiap makhluk yang hidup.
Tanggung jawab bisa dikelompokkan dalam dua hal.
  • Pertama, tanggung jawab individu terhadap dirinya pribadi. Dia harus bertanggung jawab terhadap akal(pikiran)nya, ilmu, raga, harta, waktu, dan kehidupannya secara umum. Rasulullah bersabda: "Bani Adam tidak akan lepas dari empat pertanyaan (pada hari kiamat nanti); Tentang umur, untuk apa ia habiskan; Tentang masa muda, bagaimana ia pergunakan; Tentang harta, dari mana ia peroleh dan untuk apa ia gunakan; Tentang ilmu, untuk apa ia amalkan."
  • Kedua, tanggung jawab manusia kepada orang lain dan lingkungan (sosial) di mana ia hidup. Kita ketahui bersama bahwa manusia adalah makhluq yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk pengembangan dirinya. Dengan kata lain, ia mempunyai kewajiban-kewajiban moral terhadap lingkungan sosialnya. Kewajiban sangat erat kaitannya dengan eksistensi seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Kita sadar bahwa kalau kita tidak melaksanakan tanggung jawab terhadap orang lain, tidak pantas bagi kita menuntut orang lain  untuk bertanggung jawab pada kita. Kalau kita tidak berlaku adil pada orang lain, jangan harap orang lain akan berbuat adil pada kita.
Tanggung jawab merupakan suatu kewajiban yang harus dijalankan dan sudah ada porsinya masing-masing. Yang namanya kewajiban berarti mau tidak mau, suka tidak suka harus dijalankan. Jika tidak, maka kita sendiri yang akan rugi.
Sebagai contoh, kita seorang mahasiswa ataupun mahasiswi kewajiban kita adalah belajar. Jika kita telah menjalankannya berarti kita telah memenuhi tanggung jawab kita sebagai seorang mahasiswa ataupun mahasiswi. Sejauh mana tingkatan belajar kita, maka disitulah kadar pertanggung jawaban kita. Jika kita telah belajar dan memperoleh nilai B maka nilai B inilah yang dinamakan pertanggung jawaban kita selama proses belajar.
Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang bertanggung jawab penuh atas apa yang ia lakukan. Manusia memiliki tuntutan yang sangat besar untuk bertanggung jawab mengingat ia berperan penting dalam kehidupan sosial dan dalam interaksi sosial, serta dalam kontek individual. Manusia sebagai makhluk individual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan bertanggung jawab terhadap Sang penciptanya. Tanggung jawab atas diri sendiri harus memiliki kesadaran tingkat tinggi. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga muncul akibat adanya suatu nilai-nilai yang di yakini benar keadaannya.
Tanggung jawab manusia terhadap Tuhannya juga berdasarkan atas nilai-nilai yang di yakini manusia tadi. Dalam hal ini, manusia bertanggung jawab atas agama yang dianutnya. Sebagai seorang muslim misalnya, kita bertanggung jawab untuk melakukan kewajiban kita melakukan shalat lima waktu dalam sehari, berpuasa di bulan Ramadhan, berzakat, menunaikan ibadah shalat jumat bagi laki-laki, dan sebagainya. Contoh lain misalnya, umat kristiani wajib untuk mengikuti kebaktian pada hari minggu dan sebagainya. Begitupun dengan agama-agama yang lainnya yang memiliki tanggung jawabnya masing-masing terhadap agama yang diyakininya.
Penerapan tanggung jawab lainnya seperti tanggung jawab dalam konteks pergaulan. Dalam pergaulan kita harus berani. Maksutnya kita harus berani me ngambil resiko atas apa yang kita ucapkan. Berani pula untuk berkata yang sesungguhnya terhadap siapapun yang sedang berinteraksi dengan kita. Dengan rasa tanggung jawab inilah, orang yang kita ajak berinteraksi akan berusaha mempercayai kita. Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang rela berkorban demi orang-orang disekitarnya.
Menurut sifat dasarnya manusia adalah makhluk bermoral dan juga seorang pribadi yang baik. Karena itulah, manusia memiliki pendapatnya sendiri, perasaan serta angan-angan untuk berbuat dan bertidndak. Sebagai contoh lainnya adalah tanggung jawab terhadap keluarga. Keluarga merupakan masyarakat kecil yang selalu ada dalam lingkup kita. Setiap anggota keluarga wajib atas anggota keluarga lainnya. Ayah bertanggung jawab atas anak dan isterinya. Ibu bertanggung jawab atas suami dan mengurus anak-anaknya. Sedangkan anak-anaknya bertanggung jawab atas aturan-aturan yang telah dibuat di dalam keluarga tadi.
Contoh tanggung jawab lain terhadap lingkup yang lebih luas lagi adalah tanggung jawab terhadap Negara. Kita lahir dan besar di suatu Negara berarti Negara telah mencatat keberadaan kita. Sejak lahir itulah sudah banyak norma-norma yang melekat pada diri kita secara tidak tertulis namun nyata. Kita berhak atas pendidikan dan kehidupan yang layak. Maka kita juga bertanggung jawab atas pendidikan kita yaitu meraih belajar sungguh-sungguh dan meraih prestasi. Pada dasarnya manusia yang ada di suatu Negara bertanggung jawab atas norma-norma yang telah melekat pada dirinya.
Manusia sendiri dilahirkan ke bumi bukan tanpa peran. Setiap manusia memiliki perannya masing-masing. Manusia yang sadar akan tanggung jawabnya berarti ia telah tahu apa yang harus ia lakukan. Sadar artinya merasa tahu dan ingat akan suatu hal yang harus dijalankannya.
Oleh karena itu, setiap manusia harus memiliki kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya. Karena apabila manusia tadi memiliki kesadaran yang tinggi, maka hidup terasa ringan tanpa tanggung jawab-tanggung jawab yang menumpuk dalam diri kita. Pertanggung jawaban tadi juga harus ada pengorbanannya untuk lolos dalam tanggung jawab kita serta abdikan tanggung jawab kita tadi terhadap diri sendiri, Tuhan, keluarga ataupun negaranya.
disunting dari
  • http://dicky_funny.tripod.com/tanggungjawab.htm
  • http://sosbud.kompasiana.com/2012/05/05/tanggung-jawab-manusia-dan-sekitarnya/
Read More

Manusia dan Pandangan Hidup


Pandangan hidup adalah suatu pendapat atau pertimbangan manusia yang dijadikan pedoman atau arahan dalam melakukan segala sesuatu selama hidup di dunia. Pandangan hidup bisa berasal dari sejarah maupun waktu yang telah lampau, pandangan hidup bisa juga dari pengalaman manusia selama hidup di dunia. Asal pandangan hidup dari agama adalah pandangan hidup yang mutlak apa adanya, pandangan hidup berdasarkan ideologi adalah pandangan tersebut selalu disesuaikan berdasarkan norma atau kebudayaan yang berada pada negara tersebut, sedangkan pandangan hidup dari hasil renungan adalah pandangan hidup yang relatif kebenarannya. Unsur pandangan hidup :
  1. Cita-cita yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha dan perjuangan. Cita-cita adalah keinginan, harapan dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran akan masa depan setiap manusia.
  2. Kebajikan adalah segala hal yang baik yang membuat manusia makmur, bahagia, damai dan tentram.
  3. Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita dilakukan dengan otak atau ilmu maupun tenaga atau jasmani.
  4. Keyakinan atau kepercayaan adalah hal yang terpenting dalam hidup manusia berasal dari akal atau kekuasaan Tuhan.
3 aliran filsafat menurut Prof. Dr. Harun Nasution :
  1. Aliran Naturalisme aliran yang berspekulasi adanya Tuhan mengenai alam yang terbentuk. Dimana kekuasaan tertinggi adalah percaya kepada Tuhan melalui ajaran nabi dan pemuka agama.
  2. Aliran Intelektualisme pandangan hidup manusia yang dilandasi oleh keyakinan kebenaran yang diterima oleh akal.
  3. Aliran Gabungan (naturalisme dan intelektualisme) adalah gabungan antara perbuatan ghaib dan akal. Sehingga terjadi pandangan hidup sosialisme (logika) dan sosialisme (religius).
Dari sini maka dapat diambil kesimpulan bahwa manusia harus memiliki pandangan hidup agar hidupnya terarah menuju kearah yang benar.


Banyak faktor mempengaruhi pikiran, ucapan dan tindakan. Demikian juga banyak hal yang mempengaruhi pilihan dan keputusan kita. Segelintir orang mengambil sikap seperti bunglon, membiarkan lingkungan mereka (termasuk orang lain) mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Seperti pepatah kuno mengatakan, “Anda dibentuk oleh kelompok kerabat dan teman yang Anda miliki.” Beberapa orang lainnya ternyata tidak terlalu dipengaruhi oleh perubahan lingkungan. Tindakan dan proses pengambilan keputusan mereka relatif konsisten, baik di tempat bekerja, di rumah atau dalam kehidupan bermasyarakat.
Pandangan hidup merupakan pedapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pandangan hidup seseorang timbul dari banyaknya proses pengalaman hidup yang mereka alami, yang menyebabkan pandangan hidup seseorang dapat berkembang seiring waktu yang berjalan.
Bagi kita semua, tampaknya pandangan hidup adalah faktor terpenting pembentuk jati diri dan perbuatan. Pandangan hiduplah yang memberikan warna pada apa yang kita lihat di dunia sekitar kita, dan memberikan kita pola penafsiran peran dalam dunia ini. Pandangan hidup berpengaruh sangat besar: pandangan hidup membentuk apakah seseorang akan menjadi pencinta nilai-nilai kemanusiaan (filantropis) atau teroris; menjadi seorang pelayan yang rendah hati atau manipulator yang egois; menjadi seorang yang optimis atau pesimis; menjadi seorang yang rohani atau yang meragukan keberadaan Tuhan (agnostik); menjadi “pemberi” atau “penerima”.
Klasifikasi pandangan hidup:
  1. Pandangan Hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa latin religare, yang berarti “menambatkan”) yaitu sebuah institusi dengan keanngotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
  2. Pandangan hidup yang berupa ideologi, disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut Macam-macam norma di Indonesia :
    - Norma adat
    - Norma kesusilaan
    - Norma agama
    - Norma kesopanan
  3. Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya. Pandangan hidup hasil renungan merupakan buah pikir dari individu yang menganut pandangan hidup tersebut.
Unsur” Pandangan Hidup:
  1. Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran (kamus umum Bahasa Indonesia). Cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan pandangan hidup yang akan datang. Apabila cita-cita tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-cita itu disebut angan-angan.
Faktor” yang mempengaruhi seseorang memperoleh apa yang dicita-citakan :
Faktor Manusia
Faktor Tingginya Cita-cita
Faktor Kondisi
  1. Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan bermoral. Atas dorongan suara hatinya, manusia cenderung berbuat baik.
  2. Sikap hidup ialah keadaan hati dalam menghadapi hidup. Sikap ialah kesesuaian reaksi terhadap kategori stimulus tertentu, sikap seringkali dihadapkan dengan rangsang sosial atau reaksi yang bersifat emosional. Sikap dapat dibentuk sesuai kemauan yang membentuknya.
Inilah yang menyebabkan perubahan pribadi – yang tetap dan mendasar – sering kali sangat sulit terjadi. Kita mungkin dapat mengubah perilaku yang tampak dari luar, tetapi pandangan hidup yang tertanam di dalam diri sangat sulit dibentuk-ulang. Sama seperti mengecat dan memperhalus permukaan tong sampah yang penyok dan bau: Dari luar tong sampah itu akan terlihat bagus, tetapi keadaan di dalamnya masih tetap sama, tetap usang dan busuk.
Jadi apabila kita memiliki masalah dengan sifat-sifat terselubung – misalnya kecenderungan menjadi serakah atau sifat materialistik yang berlebihan; terobsesi dengan keberhasilan dalam karier atau bisnis, hingga mengabaikan kepentingan diri kita atau orang lain; atau memendam sakit hati atau cemburu pada rekan kerja – harus dipahami bahwa hal-hal seperti ini tidaklah akan hilang hanya dengan berusaha menganggapnya tidak ada. Perubahan sejati terjadi dari dalam ke luar, bukan sebaliknya.

disunting dari
  • http://shinsengumi1.wordpress.com/2010/05/12/hubungan-manusia-dengan-pandangan-hidup/
  • http://mhoel.blogspot.com/2011/04/pandangan-hidup-manusia.html
Read More

Manusia dan Keadilan


Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat kepentingan yang besar. John Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik terkemuka abad ke-20, menyatakan bahwa "Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran"
  • Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil"
  • Kebanyakan orang percaya bahwa ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu sendiri tidak jelas. keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya

Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama. Kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersbut berarti ketidak adilan.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri, dan perasannya dikendalikan oleh akal. Lain lagi Pendapat Socrates yang memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah mersakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnnya dengan baik. Kong Hu cu berpendapat lain : Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila Ayah sebagai Ayah, bila Raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Ada Berbagai macam keadilan yang didefinisikan berlainan antara lain :
  • Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan clan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat clan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasarnya paling cocok baginya (Tha man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karena penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang selaras kepada bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam masyarakt bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara balk
menurut kemampuannya. Fungsi penguasa ialah membagi-bagikan fungsi-fungsi dalam negara kepada masing-masing orang sesuai dengan keserasian itu. Setiap orang tidak mencampuri tugas dan urusan yang tidak cocok baginya.
Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan terhadap pihak lain yang melaksanakan tugas-tugas yang selaras sebab hal itu akan menciptakan pertentangan dan ketidakserasian. Misalnya, seorang pengurus kesehatan mencampuri urusan pendidikan, atau seorang petugas pertanian mencampuri urusan petugas kehutanan. Bila itu dilakukan maka akan terjadi kekacauan.
  • Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Budi bekerja selama 30 hari sedangkan Doni bekerja 15 hari. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Budi menerima Rp.100.000,- maka Doni harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil dan melenceng dari asas keadilan.
  • Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.


Ada beberapa pendapat yg lain dari para ahli filsafat . seperti di bawah ini :
- Menurut
Socrates , keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
- Menurut
Kong Hu Cu Keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
Dari beberapa pendapat terbentuklah pendapat yg umum, yg di katakan ”
Keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.”.

Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat membuahkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi. Karena ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Nah… cara itulah yang dapat menimbulkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apabun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan.

Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Menurut Aristoteles, keadilan akan dapat terwujud jika hal – hal yang sama diperlakukan secara sama dan sebaliknya, hal – hal yang tidak semestinya diperlakukan tidak semestinya pula. Dimana keadilan memiliki ciri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hukum. 

disunting dari
  • http://aditiodoank.wordpress.com/2011/04/03/macam-macam-keadilan/ 
  • http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan
  • http://nuumiishenthink.blogspot.com/2011/03/kemanusiaan-dan-keadilan.html 
Read More