Tulisan Ilmiah Populer - Tugas 3

Contoh tulisan ilmiah populer, dengan topik persitiwa-peristiwa yang terjadi saat ini
 
Majalah Detik - Jalan Jokowi untuk Say yeS 
ParTai Demokrasi Indonesia Perjuangan mematok target tinggi setelah mendeklarasikan Joko Widodo sebagai calon presiden. Targetnya, kata Jokowi, “Menang dengan suara di atas 20 persen.”Pengumuman Jokowi sebagai jagoan dari PDIP memang dipercepat dari rencana awal sehari setelah pengumuman hasil pemilihan anggota legislatif. Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum PDIP Puan Maharani tidak menampik jika dikatakan keputusan mempercepat itu demi mendongkrak perolehan suara partai agar bisa memenuhi syarat presidential threshold.Ambang batas pencalonan presiden adalah meraih 20 persen kursi di Dewan Perwakilan Rakyat atau 25 persen perolehan suara nasio­nal. Jika mampu mencapai presidential thresholditu sendirian, partai banteng moncong putih ini leluasa menentukan calon presiden dan wakil presiden tanpa perlu koalisi. 
 
Berbagai survei menunjukkan, dengan Jokowi sebagai calon presiden, bukan mustahil PDIP menembus angka itu.Puan mengatakan tidak tertutup kemungkin­an partainya mengusung kader sendiri buat dipasangkan dengan Jokowi. “Lihat dulu hasil pileg (pemilihan legislatif ), baru bicara cawa­pres,” kata Puan.PDIP memang sudah menyiapkan dua skena­rio buat calon wakil presiden sejak Rapat Kerja Nasional di Ancol pada awal September 2013. Menurut politikus PDIP, Hendrawan Supratik­no, enam kandidat diusulkan sejumlah ketua dewan pimpinan daerah dan dewan pimpinan cabang dalam rapat tersebut. Bahkan, kata dia, sebagian calon itu sudah melobi langsung ke Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.Tiga nama berasal dari kalangan internal, yakni Puan Maharani, Kepala Ruang Pengen­dali dan Analisa Situasi DPP PDIP Prananda Prabowo, dan Wakil Ketua DPR Pramono Anung. Lalu ada tiga orang luar: Ketua De­wan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo, dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud Md.

Namun, menurut Sekreta­ris Koordinator Nasional PDIP Pro­Jokowi, Budi Arie Setiadi, sejak itu jumlah calon wakil
presiden mengerucut jadi empat nama. Selain mantan wakil presiden Jusuf Kalla, muncul calon dari kalangan pengusaha, yakni CEO CT Corp Chairul Tanjung.Dua nama lain dari kader partai sendiri. Terfavorit tetap Puan karena perempuan dan muda. Prananda juga masuk pertimbangan karena dianggap anak ideologis Sukarno. 

Sementara itu, Sekretariat Nasional Jokowi menyebut dua kandidat kuat teman sejalan Jo­kowi adalah Prananda dan Chairul Tanjung. “Di antara semua nama yang muncul, dua itu yang santer dibicarakan,” kata Sekretaris Jenderal Sekretariat Nasional Jokowi, Dono Prasetyo.Pengamat politik Charta Politika, Arya Fer­nandes, juga menangkap mencuatnya nama Kalla dan Chairul Tanjung. “Saya kira cawapres yang pas untuk Jokowi adalah seorang tekno­krat, kemudian latar belakang profesional yang jago dalam mengurus ekonomi,” kata Arya. “Jadi ada figur yang mengimbangi dengan ke­mampuan teknis administrasi dan ekonomi.” Namun pengamat politik Sukardi Rinakit berpendapat figur militer tetaplah harus jadi pertimbangan, juga dari pengusaha yang pu­nya kekuatan finansial. “Sekarang pasar untuk wapres ini kan ramai militer, ada pengusaha. Bisa Jenderal Moeldoko, Jenderal Budiman, Chairul Tanjung,” katanya.Sukardi meragukan PDIP mengajukan pa­sangan yang keduanya berasal dari partai sen­diri. Menurut dia, tetap perlu ada koalisi kecil demi melanggengkan jalan di parlemen. Namun, jika PDIP bisa maju ke pemilihan presiden tanpa koalisi, Puan­lahyang paling berpeluang jadi pendamping Jokowi. 
 
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, menilai peluang besar Puan teruta­ma karena dia trah Sukarno.Prananda juga anak Mega. Namun, Siti me­lihat, Prananda, yang merupakan putra Mega dari suami pertamanya, Surindro Supjarso, lebih banyak di balik layar, sehingga popularitas karier politiknya tidak secemerlang Puan, putri Mega dari perkawinannya dengan Taufiq Kiemas. di PDIP menceritakan, Tuan Putri—sebutan Puan oleh sebagian kader partai—juga bermanuver. “Tuan Putri pingin jadi Katanya mau minta 5 menteri,” kata majalah detikitu.membantah ada pertimbangan trah dalam penentuan calon presiden dan presiden di partainya. Menurut Puan, bukan partai keluarga, melainkan partai yang keputusannya diambil berdasar­aspirasi masyarakat.jadi calon favorit secara internal, pe­lembaga riset politik Indo Barometer Puan bukan pasangan ideal bagi Pasangan Jokowi­Puan hanya mendapat 35 persen. “Dukungan terhadap Jo­sedikit menurun jika berpasangan dengan ” kata Direktur Eksekutif Indo Barometer Qodari.itu didapatkan Indo Barometer setelah mengadakan penelitian bersama Lem­baga Penelitian dan Pengkajian Universitas In­donesia pada pertengahan Februari lalu. 
 
Kedua lembaga itu menyurvei 1.200 responden di 33 provinsi soal elektabilitas calon wakil presiden. Qodari menjelaskan, survei dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen itu juga me­nunjukkan Jusuf Kalla sebagai pasangan terbaik Jokowi. Jika keduanya disandingkan, dukung­annya jauh melampaui pasangan yang calon presidennya Prabowo Subianto dan Aburizal Bakrie.Lembaga riset politik Cirus Surveyor Group juga mengkonfirmasi temuan itu. Hasil simulasi pengusungan Jokowi dengan banyak calon wakil presiden menunjukkan Kalla sebagai pendulang pemilih terbaik. Bersama Kalla, elektabilitas Jokowi menembus 50 persen. Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bhakti, menilai Kalla me­mang pasangan yang paling pas untuk Jokowi. “Kalau mau menggabungkan Indonesia bagian barat dan timur, ini pas,” ujar Ikrar.Kalla menyatakan bersedia mendampingi Jokowi. Namun sejauh ini Kalla mengatakan belum menerima lamaran dari PDIP. “Saya tidak pernah menolak. Untuk bangsa, kalau dibutuhkan, saya siap,” kata Kalla seusai acara peluncuran biografi Surya Paloh di Hotel Grand Hyatt Jakarta pada Senin, 10 Maret 2014, yang juga dihadiri Jokowi. 
 
Hingga kini Kalla masih menjadi calon pre­siden dari Partai Kebangkitan Bangsa bersama Mahfud Md. dan Rhoma Irama. Mahfud juga didorong buat dipasangkan dengan Jokowi.Anggota tim sukses Mahfud, Masduki Bai d ­lowi, menilai mantan Ketua Mahkamah Kons­titusi itu lebih pas jadi pasangan Jokowi. Selain usia kepala lima, yang jauh lebih muda dari Kalla yang 71 tahun, “Pak Mahfud disukai para kiai nahdliyin,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini. PDIP memang punya sejarah “koalisi” dengan PBNU. Dalam pemilihan umum pre­siden 2004, Megawati berpasangan dengan KH Hasyim Muzadi, yang merupakan Ketua Umum PBNU. Mahfud pun tidak berkeberatan dipasangkan dengan Jokowi. “Mungkin itu karena informasi dari masyarakat bahwa Jokowi layak, saya kredibel. Itu sah saja,” ujarnya.Meski diusung PKB seba­gai calon presiden, Mahfud tetap menjalin komunikasi politik dengan banyak pihak. “Termasuk dengan Ibu Mega.”Simulasi Cirus Surve­yor Group menunjukkan pasangan Jokowi­Mahfud hanya terpaut tipis dari Jokowi­Kalla. Elektabilitas
bersama Mahfud besar­nya 47,6 persen atau jauh lebih baik daripada jika Jokowi dipasangkan dengan Ketua Umum Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa, Gu­bernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, ataupun Puan.PDIP tidak mau berkomentar terlalu jauh soal survei dan politikus yang menyatakan siap jadi pasangan Jokowi. “Ya, boleh saja Pak JK ngomongbersedia. Saya dengar yang lain juga ingin,” kata Puan.Ditegaskan Puan, hingga kini belum ada pembicaraan soal calon wakil presiden dengan pihak mana pun. Menurut dia, partainya baru akan mengumumkan calon wakil presiden pada 9 Juli 2014.
 
Seperti penentuan calon presiden, Rapat Kerja Nasional PDIP di Ancol juga memutuskan kandidat wakil presiden ditentukan oleh ketua umum partai. “Ibu Mega pemilih siapa cawa­pres yang layak,” kata Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah.Namun siapa pun yang akhirnya dipilih oleh Megawati, Direktur Eksekutif Cirus Surveyor Group Andrinof Chaniago yakin tidak akan terlalu banyak berpengaruh pada elektabilitas Jokowi. Bahkan, jika lawan kuat seperti Prabo­wo Subianto dipasangkan dengan cawapres yang elektabilitasnya tinggi pun, Jokowi tetap unggul. “Jokowi berpasangan dengan cawapres terlemah pun, pilpres tetap akan dimenangkan Jokowi,” kata Andrinof.
Read More